BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Minggu, 22 November 2009

Kerasnya Hidup

Harus berapa kali aku memutar otak ku,harus berapa kali aku mengingat dan berfikir keras apakah ada kenangan indah?.Atau mungkin kenangan pahit yang akan mereka ketik di atas selembar kertas separti Vira sekarang.
Aku bingung harus memulainya dari mana?.Pagi itu terasa sangat dingin,aku membuka mata dan menutupnya lagi,ya..aku tidak pernah ingin terbangun dari tidur ku ini.Aku menguatkan diri dalam hati,memang ini yang harus ku hadapi,bisik ku dalam hati.Aku bangun dan mulai melihat di sekeliling ku,tiba-tiba dari arah dapur terdengar sautan suara”Vira udah bangun ?”itu suara ibu ku,dengan sebuah pisau roti ia mengoleskan selai coklat pada seiris roti tawar yang ada di tangan sebelah kanannya.Aku duduk dan memperhatikannya dari meja makan,ia tersenyum kearah ku menyajikan sepotong roti yang tadi ia buat.Senyumnya yang lembut tidak bisa menutup mataku dan membohongi ku bahwa ia sangat terluka.Aku bergegas mandi untuk berangkat sekolah,ibu dan adik ku sudah menunggu di depan pintu dengan seorang laki-laki dengan menggunakan motor bebeknya,aku memanggilnya om Udin,dia ojek langganan ku yang di percaya ibu untuk mengantar ku ke sekolah.Aku sempat kaget mengapa ibu dan adik ku ikut naik?”Ibu ikut ya..”suaranya menjawab tanya ku dalam hati.Di perjalanan aku sempat bingung?sepertinya ini bukan jalan yang aku sering lewati saat berangkat sekolah?apa om Udin mendapat jalan baru untuk sampai ke sekolah lebih cepat,pikir ku bingung dalam hati.Tiba-tiba lamunan ku terhenti saat motor om Udin berhenti di sebuah gedung yang lumayan ramai dan di penuhi orang-orang dengan membawa sebuah kertas dan sejenis map dengan muka takut,khawatir dan semacamnya.Saat itu aku duduk di kelas entah dua atau tiga sd,dan mungkin saat itu semua orang tua berfikir bahwa aku tidak mengerti apa-apa.Ibu dan adik ku turun dari motor,ibu menyium pipi ku dan menatap ke dua mata ku seolah ingin menyampaikan sebuah pesan yang sangat sangat mungkin bisa membuat ku tak henti-hentinya menagis.Ibu pun sudah tak terlihat lagi di pelipis mata ku karena motor om Udin melaju seolah pembalap yang berada di area balap.Tanpa aku sadari air mata itu jatuh seolah membanjiri muka ku,yang terlintas di angan ku hanya mata ibu dan sebuah tulisan PENGADILAN AGAMA yang ada di depan gedung tadi.Seolah aku tak paham akan arti sebuah tulisan itu,tapi aku yakin tulisan itu yang membuat semua itu berkhir,kecerian itu hilang dalam sekejap.Aku terus menangis dan memeluk erat tubuh om Udin,apa yang mereka pikirkan saat ini?di mana mereka menempatkan prasaannya?.
Aku pulang ke rumah dengan muka sejuta tanya,aku melihat ibu sudah duduk di meja makan dan menatapku iba,aku tak butuh tatapan itu.Entah apa yang ada di pikiran kakak laki-laki ku dan perasaanya saat itu,aku hanya bisa melihatnya tanpa berani menyapanya.Dia menangis dengan raungan yang agak samar-samar karena wajahnya di tutupi bantal,mungkin dia yang lebih merasakan sakit di banding aku,dia lebih merasakan betapa kejamnya hidup ini,di hampas dari gedung tertinggi pun tak bisa menandingi perihnya perasaan itu.Aku duduk di depan pintu kamar dan memperhatikannya,aku berharap ada sepatah kata yang keluar dari mulutnya.Tiba-tiba pintu di banting dengan keras,aku bangkit dari duduk ku,apa yang ku saksikan sekarang?sosok laki-laki itu bukan seperti ayah ku lagi,di memukul ibu begitu keras,entah apa yang dilakukan nya?aku tak mampu melihat,aku hanya mendengar jeritan itu,jeritan yang merintih kesakitan dan penuh emosi,sejahat itu kah kau?sakit sekali rasanya,senyum mu adalah tangis ku.Tuhan...mengapa kau menghukum ku begitu keras,entah apa yang orang tua ku fikirkan saat itu?mengapa harus menyatu bila akhirnya harus berpisah?mengapa harus tersenyum bila akhirnya itu akan menangis?aku berfikir memutar otak ku dan terus berfikir.Aku menangis,aku tertawa,aku bertahan sendiri,aku bangkit sendiri.Aku tertunduk dan berkata dalam hati,aku menyayangi mu ayah.

By:Pundan

0 komentar: